Selasa, 18 Januari 2011

PENANGANAN DIARE PADA BALITA DAN ANAK DI RUMAH TANGGA

Apakah Diare itu?
Pada umumnya kita semua sudah tahu apa itu diare atau yang biasa disebut 'mencret'. Menurut definisi Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah buang air besar dengan frekuensi lebih sering (lebih dari 3 kali sehari) dan bentuk tinja lebih cair dari biasanya.

Penyebab Diare pada Bayi dan Anak Balita
Ada beberapa penyebab anak terkena diare, antara lain:
▪ Bayi/balita diberikan makanan dan atau minuman yang tidak bersih sehingga saluran pencernaannya terinfeksi virus, bakteri atau parasit penyebab diare.
▪ Alergi susu formula atau susu lainnya.
▪ Bayi diberi makanan yang tidak sesuai dengan umurnya.
▪ Keracunan makanan.
Sumber/cara penularan diare antara lain:
▪ Penggunaan sumber air yang sudah tercemar mikroba dan tidak memasaknya sampai mendidih.
▪ Bayi/balita bermain di tempat kotor atau bermain mainan yang kotor, kemudian menghisap jari tangannya atau memasukkan mainan yang kotor kemulutnya.
▪ Pencucian alat-alat makan dan minum (piring dan sendok) memakai air yang tidak bersih; botol susu tidak direbus/diseduh sebelum dipakai.
▪ Orang yang menyiapkan makanan anak tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun (terutama setelah buang air besar).
▪ dan lain-lain.
Tanda-tanda Dehidrasi pada Bayi dan Anak Balita
Ketika diare, anak mengalami kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui pembuangan tinja yang cair. Bila hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak mendapat penggantian secara adekuat maka anak akan mengalami kekurangan cairan dan elektrolit yang disebut 'Dehidrasi'. Ada 3 jenis dehidrasi: ringan, sedang dan berat.

Orang tua harus dapat menilai ada tidaknya tanda-tanda dehidrasi pada bayi dan anak balita yang terkena diare. Perhatikan adakah tanda-tanda dehidrasi. Bayi dan anak balita telah mengalami dehidrasi bila menunjukkan adanya dua atau lebih tanda-tanda dehidrasi dibawah ini, yaitu:
▪ Pada dehidrasi ringan sampai sedang: Anak tampak rewel atau gelisah, anak kehausan dan minum dengan lahap, tes cubitan dikulit perut (torgor) kembalinya lambat, mata tampak lebih cekung daripada biasanya.
▪ Pada dehidrasi berat: kesadaran berkurang atau anak tidak sadar, mata cekung, anak tampak sangat lesu/lemah, tidak bisa minum atau malas minum, tes cubitan pada kulit perut (turgor) kembalinya sangat lambat (2 detik atau lebih), air kencing sedikit atau anak tidak kunjung kencing.
▪ Pada bayi (usia kurang dari 12 bulan), ubun-ubun kepala terlihat/teraba cekung pada dehidrasi berat.


Gambar cara pemeriksaan turgor pada kulit perut anak.
Sumber: WHO, 2009, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.

Jenis-jenis diare dan tanda-tandanya yaitu:
▪ Diare cair akut: diare lebih dari 3 kali perhari dan berlangsung kurang dari 14 hari.
▪ Kolera: diare dimana tinja yang keluar seperti air cucian beras, jumlah banyak dan sering serta cepat menimbulkan dehidrasi berat.
▪ Disentri: diare disertai darah dan atau lendir.
▪ Diare persisten: diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
▪ Diare dengan gizi buruk: diare jenis apapun yang disertai keadaan gizi buruk.
▪ Diare terkait antibiotik: diare yang berhubungan/disebabkan oleh pemberian antibiotik oral spektrum luas.
Bagaimana cara mencegah diare pada bayi dan anak balita?
▪ Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berusia 6 bulan.
▪ Setelah anak berumur 6 bulan, disamping ASI diberikan juga makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara bertahap dalam jumlah maupun kelembutannya. Bayi yang menginjak usia 6 bulan diberikan makanan lembek (setengah cair) dalam jumlah sedikit-sedikit, kemudian ditingkatkan jumlahnya secara bertahap dan kelembutannya juga ditingkatkan secara bertahap minggu demi minggu. Semua ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan pencernaan bayi menyesuaikan diri.
▪ Masaklah air untuk diminum sampai mendidih.
▪ Biasakan mencuci tangan memakai sabun dan air bersih yang mengalir sebelum menyiapkan makanan bayi dan anak balita, sebelum memegang bayi, setelah buang air besar, dan setelah membersihkan bayi dan anak balita dari buang air besar.
▪ Biasakan mencuci alat-alat makan dan minum dengan air bersih serta membilas dengan air matang sebelum dipakai, merebus/menyeduh botol susu bayi dan balita sebelum dipakai.
▪ Biasakan buang air besar di WC/jamban.
▪ Biasakan membuang sampah pada tempatnya.
▪ Membuang air limbah rumah tangga pada sarana/saluran pembuangan limbah yang tersedia.
▪ Hindari menghaluskan makanan bayi memakai mulut orang tua seperti banyak terjadi di beberapa provinsi tertentu di Indonesia.
▪ Jangan biasakan anak-anak bermain di tempat yang kotor.
▪ Ajari dan biasakan anak balita mencuci tangan memakai air bersih dan sabun sebelum makan.
▪ Tutup makanan dan minuman dan ditaruh ditempat yang aman dan bersih sehingga terhindar dari berbagai binatang.
▪ Hindari memberi makanan yang sudah basi/agak basi/berjamur/bulukan kepada anak. Hangatkan terlebih dahulu lauk-pauk yang sudah disimpan sejak kemarin.
▪ Bila memakai air minum kemasan, jangan memilih yang kualitas/kebersihannya diragukan.
▪ dan lain-lain
Penanganan Diare pada Bayi dan Anak Balita
Tindakan yang perlu dilakukan di tingkat rumah tangga bila bayi atau anak balita terkena diare adalah:
▪ Berikan Air Susu Ibu (ASI) lebih sering.
▪ Makan seperti biasa dan minum lebih sering.
▪ Berikan segera cairan oralit setiap kali bayi atau anak balita buang air besar. Bila tidak ada oralit, berikan air matang, kuah sayur atau air tajin.
▪ Jika bayi atau anak balita muntah, tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi pemberian cairan oralit sedikit demi sedikit.
▪ Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
▪ Jangan berikan obat apapun kecuali obat dari petugas kesehatan atau dokter. Pemberian obat anti diare dapat membahayakan bayi dan anak balita.
▪ Bila diare terus berlanjut segera bawa bayi/anak balita berobat ke petugas kesehatan.
Pemberian tablet Zinc selama anak diare
Zinc (atau bahasa Indonesianya Seng) merupakan zat mikronutrien yang penting untuk kesehatan, antara lain berguna untuk perkembangan tubuh balita, meningkatkan daya tahan (imunitas) tubuh, dan mempercepat penyembuhan luka. Ketika anak diare, 'zinc' juga ikut hilang dalam jumlah besar bersama dengan tinja. Oleh karena itu sangat perlu bagi anak yang menderita diare diberikan asupan Zinc untuk mengganti zinc yang hilang selama diare.

Hasil riset telah membuktikan bahwa pemberian zinc kepada anak yang menderita diare bermanfaat untuk: mempercepat proses penyembuhan diare, mengurangi lamanya diare, mengurangi tingkat keparahan diare, menurunkan kejadian diare pada 2-3 bulan setelah diare dan menjaga anak tetap sehat pada bulan-bulan berikutnya. Mintalah/ingatkan petugas kesehatan untuk memberikan tablet zinc bagi anak yang menderita diare. Petugas kesehatan akan memberikan tablet zinc dengan dosis:
▪ Untuk anak berusia < 6 bulan: 1/2 (setengah) tablet atau 10 mg perhari selama 10 hari.
▪ Untuk anak berusia lebih dari 6 bulan: 1 tablet atau 20 mg perhari selama 10 hari.
Gangguan gizi selama anak diare
Selama anak diare, terjadi penurunan asupan makanan, penurunan penyerapan zat-zat makanan (nutrisi), dan peningkatan kebutuhan nutrisi. Hal ini secara bersama-sama seringkali menyebabkan penurunan berat badan anak selama diare dan setelah diarenya selesai, selanjutnya dapat menyebabkan kegagalan atau tertahannya pertumbuhan anak atau anak mengalami gangguan gizi.

Gangguan gizi dapat menyebabkan diare menjadi lebih lama, lebih parah, dan lebih sering dibandingkan diare yang terjadi pada anak tanpa gangguan gizi. Oleh karena itu anak perlu diberikan makanan yang kaya gizi selama diare dan ketika anak sehat.

PERBEDAAN HEPATITIS A,B,C,D,E

Semoga informasi ini bermanfaat!

Hepatitis berarti peradangan atau pembengkakan liver atau hati. Hepatitis adalah penyakit berbahaya karena menyerang hati, yang merupakan organ penting dengan ratusan fungsi.

Ada lima virus penyebab hepatitis, yang diberi nama hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D dan hepatitis E. Walaupun kelima virus tersebut dapat menghasilkan gejala yang mirip dan memiliki efek yang sama, masing-masing memiliki keunikan dalam cara penularan dan dampaknya terhadap kesehatan.

Hepatitis biasanya disebutkan menggunakan salah satu dari dua istilah, “akut” atau “kronis”. Penyakit akut mempengaruhi seseorang untuk waktu yang singkat dan bisa sembuh dalam beberapa minggu tanpa efek berkelanjutan. Penyakit kronis berlangsung lama, kadang-kadang seumur hidup seseorang.

Hepatitis A

Macintosh HD:Users:PUTRAGUSTI:Desktop:hepatitis a_thumb.jpg

Hepatitis A adalah satu-satunya hepatitis yang tidak serius dan sembuh secara spontan tanpa meninggalkan jejak. Penyakit ini bersifat akut, hanya membuat kita sakit sekitar 1 sampai 2 minggu. Virus Hepatitis A (HAV) yang menjadi penyebabnya sangat mudah menular, terutama melalui makanan dan air yang terkontaminasi oleh tinja orang yang terinfeksi. Kebersihan yang buruk pada saat menyiapkan dan menyantap makanan memudahkan penularan virus ini. Karena itu, penyakit ini hanya berjangkit di masyarakat yang kesadaran kebersihannya rendah.

Hepatitis A dapat menyebabkan pembengkakan hati, tetapi jarang menyebabkan kerusakan permanen. Anda mungkin merasa seperti terkena flu, mual, lemas, kehilangan nafsu makan, nyeri perut dan jaundis (mata/kulit berwarna kuning, tinja berwarna pucat dan urin berwarna gelap) atau mungkin tidak merasakan gejala sama sekali.

Virus hepatitis A biasanya menghilang sendiri setelah beberapa minggu. Untuk mencegah infeksi HAV, ada vaksin hepatitis A untuk menangkalnya.

Hepatitis B

Macintosh HD:Users:PUTRAGUSTI:Desktop:hepatitis b_thumb.jpg

Hepatitis B adalah jenis penyakit liver berbahaya dan dapat berakibat fatal. Virus Hepatitis B (HBV) ditularkan melalui hubungan seksual, darah (injeksi intravena, transfusi), peralatan medis yang tidak steril atau dari ibu ke anak pada saat melahirkan.

Pada 90% kasus HBV menghilang secara alami, tetapi pada 10% kasus lainnya virus tersebut tetap bertahan dan mengembangkan penyakit kronis, yang kemudian bisa menyebabkan sirosis atau kanker hati. Banyak bayi dan anak-anak yang terkena hepatitis B tidak betul-betul sembuh, sehingga mendapatkan masalah liver di usia dewasa. Anda perlu berhati-hati dengan virus HBV karena dapat ditularkan oleh orang yang sehat (yang tidak mengembangkan penyakit hepatitis B) tetapi membawa virus ini.

Hepatitis B seringkali tidak menimbulkan gejala. Bila ada gejala, keluhan yang khas dirasakan adalah nyeri dan gatal di persendian, mual, kehilangan nafsu makan, nyeri perut, dan jaundis.

Hepatitis B dapat ditangkal dengan vaksin. Anak-anak biasanya mendapatkan vaksin ini sebagai bagian dari program vaksinasi anak.

Hepatitis C

Macintosh HD:Users:PUTRAGUSTI:Desktop:hepatitis c_thumb.jpg

Hepatitis C menular terutama melalui darah. Sebelumnya, transfusi darah bertanggung jawab atas 80% kasus hepatitis C. Kini hal tersebut tidak lagi terjadi berkat kontrol yang lebih ketat dalam proses donor dan transfusi darah. Virus ditularkan terutama melalui penggunaan jarum suntik untuk menyuntikkan obat-obatan, pembuatan tato dan body piercing yang dilakukan dalam kondisi tidak higienis.

Penularan virus hepatitis C (HCV) juga dimungkinkan melalui hubungan seksual dan dari ibu ke anak saat melahirkan, tetapi kasusnya lebih jarang. Seperti halnya pada hepatitis B, banyak orang yang sehat menyebarkan virus ini tanpa disadari.

Gejala hepatitis C sama dengan hepatitis B. Namun, hepatitis C lebih berbahaya karena virusnya sulit menghilang. Pada sebagian besar pasien (70% lebih), virus HCV terus bertahan di dalam tubuh sehingga mengganggu fungsi liver.

Evolusi hepatitis C tidak dapat diprediksi. Infeksi akut sering tanpa gejala (asimtomatik). Kemudian, fungsi liver dapat membaik atau memburuk selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun. Pada sekitar 20% pasien penyakitnya berkembang sehingga menyebabkan sirosis.

Saat ini belum ada vaksin yang dapat melindungi kita terhadap hepatitis C.

Hepatitis D

Macintosh HD:Users:PUTRAGUSTI:Desktop:hepatitis d_thumb.jpg

Hepatitis D, juga disebut virus delta, adalah virus cacat yang memerlukan pertolongan virus hepatitis B untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada orang yang terinfeksi hepatitis B. Virus hepatitis D (HDV) adalah yang paling jarang tapi paling berbahaya dari semua virus hepatitis.

Pola penularan hepatitis D mirip dengan hepatitis B. Diperkirakan sekitar 15 juta orang di dunia yang terkena hepatitis B (HBsAg +) juga terinfeksi hepatitis D. Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan (koinfeksi) atau setelah seseorang terkena hepatitis B kronis (superinfeksi).

Orang yang terkena koinfeksi hepatitis B dan hepatitis D mungkin mengalami penyakit akut serius dan berisiko tinggi mengalami gagal hati akut. Orang yang terkena superinfeksi hepatitis D biasanya mengembangkan infeksi hepatitis D kronis yang berpeluang besar (70% d- 80%) menjadi sirosis.

Tidak ada vaksin hepatitis D, namun dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis B maka otomatis Anda akan terlindungi dari virus ini karena HDV tidak mungkin hidup tanpa HBV.

Hepatitis E

Macintosh HD:Users:PUTRAGUSTI:Desktop:hepatitis e_thumb[1].jpg

Hepatitis E mirip dengan hepatitis A. Virus hepatitis E (HEV) ditularkan melalui kotoran manusia ke mulut dan menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Tingkat tertinggi infeksi hepatitis E terjadi di daerah bersanitasi buruk yang mendukung penularan virus.

Hepatitis E menyebabkan penyakit akut tetapi tidak menyebabkan infeksi kronis. Secara umum, penderita hepatitis E sembuh tanpa penyakit jangka panjang. Pada sebagian sangat kecil pasien (1-4%), terutama pada ibu hamil, hepatitis E menyebabkan gagal hati akut yang berbahaya.

Saat ini belum ada vaksin hepatitis E yang tersedia secara komersial. Anda hanya dapat mencegahnya melalui penerapan standar kebersihan yang baik.

*drNGP